S
|
atu tahun sudah,
Wulan belajar di sekolah itu. Dua bulan belakangan ia sering merasakan hal yang
mengganjal dari ruang kelasnya. Beberapa kali ia melihat keanehan dari ruangan
kelas itu. Awalnya dia menganggap hal ini begitu spele.
Kejadian
selama ini yang di sembunyikan Wulan, namun hal itu mulai terungkap semenjak
Aurel berfoto selfi dan ia melihat sosok bayangan dari tampilan henponenya itu.
“Tidakkkkkk!”
teriak aurel.
“Kenapa
kau teriak begitu. Bikin kukaget saja.” tanya wulan sedikit marah.
“Ada
penampakan......” katanya sambil berlari kearah wulan.
“Manaaa
coba kulihat.” tanya wulan
Aurel
memperlihatkan fotonya itu ke Wulan. Wulan merasakan sedikit kaget melihat
sosok bayangan yang ada dalam foto itu. Dia meyakini kalau keanehan selama ini
itu benar adanya.
Sosok
bayangan yang tampak oleh Wulan, tiba-tiba bayangan itu hilang begitu saja.
Dengan kesempatan ini ia berdalih.
“Ah
kau ini, terkadang kau ini sungguh berlebihan. Manaaa ngak ada yang aneh kok
dari foto kau ini.” jawab wulan.
“Tadi
itu ada, coba kau perhatikan sekali lagi Lan dan itu benar adanya kok. Lagi
pula aku ini ngak buta Lan...” katanya terus meyakinkan wulan.
“Ha ha haaa hari gini masih aja tahayul,
Aurel....Aurel.” kata wulan sambil tertawakan aurel.
Aurel
terus meyakini orang yang ada dalam ruangan kelas itu. Dia sungguh yakin kalau
yang dia lihat itu benar adanya. Namun teman-temannya terus tertawakan dirinya.
Dia sungguh kesal apa yang terjadi padanya.
09.00
Treeeeengg
Jam
istirahat berbunyi. Wulan duduk di kantin buk Mey sambil mencicipi roti. Dari
kejahuan dia melihat Aurel.
“Hei
Aurel, mari kesini sebentar.” panggil wulan sambil melambaikan tangan.
“Iyaaa
tunggu sebentar Lan.” jawab aurel.
“Iya
ada apa?” katanya sambil mendekati wulan
Berbicara
dengan pelan-pelan, Wulan membenarkan atas apa yang di perlihatkan Aurel sebelumnya
dan dia ingin persoalan ini hanya dia dan Aurel saja yang mengetahuinya
“Apa!!”
kaget aurel.
Wulan
menceritakan hal kejadian dua bulan lalu. Mendengar cerita Wulan, Aurel begitu
menghayati atas apa yang diceritakan Wulan padanya.
Aurel
mulai teringat atas apa yang terjadi pada Enjel pada kala itu. Kejadian luar
biasa, dimana tubuh Enjel diseret ke atas gedung sekolah.
Suasana
kelas yang tenang berubah begitu saja. Sekejap, dalam ruangan kelas itu di
masuki gumpalan asap hitam dan menarik kaki Enjel dan menyeretnya ke atas
bangunan sekolah.
“Ada
apa ini semua? Lepaskan aku..” teriak enjel sambil membrentak.
“Ha
ha haaa sekarang kau mati di tanganku.” ucap gumpalan asap hitam itu.
Tubuh
enjel di angkat oleh gumpalan asap itu sambil seperti mencekik lehernya. Muka enjel
yang putih mulus berubah menjadi memerah dan darah merah menghitam pun
berangsur-angsur keluar dari hidung dan mulutnya.
“Khaakk,khaaak.”
bunyi cekikan enjel.
Gumpalan
asap hitam itu berubah menjadi sinder bolong dan terus mencoba menganiayanya,
namun ia tidak ingin Enjel mati begitu cepat. Dia ingin Enjel itu mati secara
perlahan-lahan dan merasakan kesakitan yang pedih.
“Bagaimana
rasanya anak gadisss? Rasakanlah akibat atas apa yang dilakukan ayahmu padaku
pada tahun lalu. Ayahmu yang menodaiku kemudian kudianiayanya dan pada akhirnya
kudibuang begitu saja di tebing sekolah ini. Dan sekarang kau tanggunglah
resikonnya sebagai anak dari Gujarat. Ha ha haaa.” ucap sinder bolong itu.
“Hei
kau, lepaskan dia! Apa salahnya? Dia kan tidak melakukan apa-apa sama kau.”
kata wulan dengan nada tinggi.
“Memangg!
dia tidak melakukan apa-apa. Tapi kuharus membalaskan dendamku ini sampai
terbayarkan.”
“Jadi
kau induk ulahnya selama ini Luna. Kau seharusnya tidak bisa lagi muncul ke
permukaan bumi ini. Sekarang sebaiknya kau lepaskan anak muridku. Dia itu tidak
tahu apa-apa sama sekali. Dulunya kau juga yang memaksa Gujarat agar bersama
kau bukan?” ucap pak guru herman.
Sinder
bolong itu melepaskan genggaman tangannya dari leher Enjel. Dia merasakan
sedikit kesal atas apa yang diucapkan guru Herman padanya.
“Rupanya
kau masih ingat Herman. Setelah ini kau juga akan merasakan hal yang serupa
Herman. Ha ha haaa.”
Aurel
tak mampu lagi berdiri, beberapa kali dia terlungkup untuk mejahui sinder
bolong itu. dia mencoba untuk menjauh dari sinder bolong itu. Dengan
menggunakan kedua tangannya, dia terus merangkak. Sementara hidung dan mulutnya
terus mengeluarkan darah.
“Hei
kau, anak Gujarat! mau kemana kau ha? Dan sekarang kau rasakan ini.”
Akkkkkkk.
teriak ejel
Sinder
bolong itu mencongkel kedua boal matanya. Tubuh enjel mengalami kejang-kejang
merasan kesakitan. Kedua bola mata Enjel tercabut sudah. Namun dia masih dalam
keadaan hidup. Dia terus mencoba menjahui sinder bolong itu.
Bukannya
menjahui sinder bolong, malahan dia terjatuh dari atas gedung sekolah itu.
Tubuhnya terpental kebawah dengan keadaan terlungkup. Darah merah yang kental
berserakan dari pecahan kepalanya.
“Enjel.......”
teriak wulan saat enjel terjatuh dari atas gedung sekolah.
Jiwanya
tak tartelong lagi. Dia mati seketika. Namun sebelum jasatnya dikuburkan, pihak
keluarganya membawanya ke ruamah sakit umum untuk di otopsi.
***
“Semenjak
kejadian itulah, aku terus merasakan yang aneh dari ruang kelas. Tapi...selama
ini aku hanya terdiam saja dan takut membicaran hal ini. Dan ini baru pertama
kalinya aku membicarakannya sama kamu.” kata wulan dengan sedih.
“Tapi
kenapa tadi kau bilang tidak ada.” tanya aurel yang heran.
“Karena
kutidak ingin orang lain mengetahuinya soal ini.”
15.00
Jam
sekolah berakhir, semua siswa pun pulang meninggalkan sekolah. Dalam perjalan
pulang sekolah, Wulan dan Aurel pulang bersama dengan menggunakan mobil sport Budi.
Mereka berencana untuk pergi malam minggu untuk malam ini secara bersamaan di
diskotik.
20.25
Budi
datang untuk menjemput Wulan kemudian dia juga akan menjemput Aurel. Dia malam
ini akan berencana untuk berpesta dengan Wulan dan memperkenalkan Aurel dengan
seorang cowok.
Keinginan
mereka untuk kali ini tidak terwujudkan. Laju mobil dengan kecepatan tinggi di
hadang dari depan oleh sosok arwah Enjel yang penasaran. Budi hilang kendali
dan ia membanting stir ke badan jalan dan pada akhirnya menabrak pembatas jalan
di kilometer sembilan.
Wulan
yang duduk di samping budi, dia mengalami luka-luka dan sedikit pusing. Mobil
yang mengalami terbalik membuat dirinya terpental keluar, sementara sebagian
tubuhnya berada di dalam mobil.
Wulan
merasakan kepalanya sedikit pusing dan dia terus mengusapnya. Sekilas dia
sempat mencium seperti baun bensin. Dia menoleh ke kanan. Pandangan mata yang
sedikit kabur, dilihatnya tetesan bensin berserakan di aspal jalan. Dia
berpikir kalu mobil itu akan meledak sebentar lagi.
“Budi...budi....
sadarlah.” ucapnya sambil memegang bahu budi.
Budi
terus terdiam. Sementara kepalanya mengalami pendarahan dan kedua kakinya di
apit oleh badan mobil.
Wulan
terus berusaha untuk menyelatkan teman-temanya itu. Tapi, usahanya itu hanya
Aurel yang bisa di selamatkannya dengan keadaan lemas. Budi yang di apit sangat
erat oleh badan mobil, itu membuatnya tidak bisa di selamatkan. Dengan rasa
sedih dia merelakan sosok Budi yang tinggal sendirian di dalam mobil. Tak lama
dia menjauh dari mobil sedan sport yang di kendarai Budi, itu meledak dengan
keras membuat pengendara lain berhenti untuk menyelamatkan mereka.
Wulan
yang menyaksikan Budi terbakar sendirian dalam mobil, itu membuat dirinya dalm
penyesalan.
***
24.00. Dua hari kemudian.
Selama
dua hari dalam rumah sakit semenjak kejadian itu, wulan terus di hantui oleh
sosok bayangan Ejel. Dengan tetesan keringat dingin, dia mengalami ketakutan
melihat sosok Enjel yang berangsur mendekatinya. Enjel tanpa sebab mencoba
untuk membunuh Wulan.
“Tidakkkk.”
teriaknya terbangun dari mimpinya.
Nafas
Wulan begitu bergemuru. Iya mengerutu ketakutan. Tampak di wajahnya begitu
kusut mengingat mimpi hal sama terus menghantuinya sepanjang malam.
Dirumah
sakit yang sama. Aurel merasakan mimpi hal yang sama. Di saat dia terbangun
dari mimpinya. Sosok Enjel menghampiri dirinya dengan melangkah tertatih-tatih.
“Sekarang
kau juga merasakan hal yang sama Aurel.”
Kiuuuk...
bunyi pintu terbuka.
“Aurel,
kamu kenapa?” tanya ibunya.
Sosok
arwah Enjel menghilang setelah ibu Aurel masuk ke dalam ruang rawat.
Satu minggu kemudian
Rey yang merupakan ayah Wulan mencoba untuk
datang ke orang pintar. Disaat menemukan orang pintar, dia menemukan seorang Mbah
Mburik. Ayahnya mengalami terkejut mendengar pengakuan Mbah Mburik.
“Ini
cukup sunggah susuah di selesaikan. Arwah ini sebetulnya bukan dirinya
sebenarnya. Dia itu meminjam tubuh dari teman anakmu yang sudah meninggal untuk
membalaskan dendamnya.”
“Terus
saya bagaimana Mbah?” tanya Rey.
“Kau
tenang saja, kuakan berusaha membatu sebisaku. Untuk sementara waktu, kau
tebarkan saja dulu garam ini agar arwah tersebut tidak memasuki rumahmu.”
Rey
dengan senang hati memberikan tips atas ucapan terima kasihnya. Dia berusaha
untuk melakukan apa yang barusan di ucapkan Mbah itu. Tapi kenyataanya, arwah
itu tetap masuk tanpa ada hambatan. Arwah itu begitu kuat di lawan dan itu
sulit dimusnakan.
Secara
berulang kali, Rey terus meminta pertolongan dari Mbah Mbruno dan itu terus
mengalami kekgagalan. Kegagalan Mbah Mbruno yang terus terjadi membuat dia
putus asa. Namun keputusan asanya itu membuahkan keberhasilan. Disaat arwah
tersebut memasuki kamar anaknya Aurel, dia mencoba membaca Al-Qur’an dengan
lantang. Arwah itu merasakan kesakitan dan berteriak kesakitan. Rasa panas
mulai di rasakan oleh Arwah itu dan pada akhirnya berubah menjadi abu.
Gujarat
beserta Guru Herman yang masih hidup, pihak polisi mencoba meminta keterangan
dan pertanggung jawaban atas tindakan yang dilakukan pada tahun lalu. Mereka
pun mengakui kesalahan yang di lakukannya dan menunjukan tempat di buanganya
jasat Luna. Posisi jasat Luna tidak lagi begitu utuh.
Tulang
benulang Luna berhasil ditemukan dan itu sudah tidak begitu utuh lagi dan
bahkan sebagian tulang-benulangnya menghilang dan di bawa ajing liar. Disaat
persepsi persepsi penguburan jasat Luna, suara petir begitu keras terlantur di
atas langit yang cerah menandakan kalau dendaman arwah Luna sudah terbayarkan.(*)
0 komentar:
Posting Komentar