Home » » cerpen cintaku datang ayahku pergi

cerpen cintaku datang ayahku pergi

Written By Unknown on Minggu, 11 Januari 2015 | 21.59



Cintaku Datang Ayaku PErgi
mhd. yusuf || SMA N 1 Kec. AKABILURU
T

iga tahun lalu. Gadis itu datang kesekolah SMA swasta di payakumbuh. Kedatangannya ke sekolah swasta itu untuk menjadi anak murid baru. Dengan status siswa pindahan. Ia sering di jaili teman selokalnya.
Gadis itu sangat anggun. Kulinya yang putih. Postur tubuhnya yang tinggi. Bibirnya merah tipis dan tailalat yang ada di atas bibirnya sering kali cowok yang ada di sma itu terpesona melihatnya. Dia adalah Rossa. Anak dari seorang directure utama pabrik rokok.
Setiap ia berjalan di tras sekolah. Ia sering kali mengibarkan rambutnya yang hitam lurus. Terutama di hadapan cowok mata keranjang. Maka dari sebab itulah wanita lain merasa iri dan merasa tersaingi. Terutama wanita yang merasa cantik dari gadis itu.
Dia merupakan Resti. Wanita yang sudah dahulu dan sudah lama bejar  di sekolah SMA sawasta itu. Dia juga yang pertama kali merasa tersaingi. Sebab cowoknya Roni sudah kurang memperhatikan sosok dirinya.
Namun tak semua laki-laki terpesona melihatnya. Dia Budi, ketua geng basketball . Tubuhnya yang six-pack bikin wanita menggila di luar lapangan di buatnya. Terutama ketika ia melakukan pertandingan basketball.  Dengan mrnggunakan trik yang keren di saat ia memainkan bola terhadap lawan mainya. Jarang sekali orang mampu untuk menghadangnya. Dengan kejeliannya itulah sebagai faktor utama dari wanita menggila dari luar lapangan.
Dengan status sama-sama tidak suka melihat gaya Rossa. Akhirnya Budi dan Resti bersepakat untuk mengerjai Rossa. Walau tahun sebelumnya mereka bermusuhan. Tapi mereka sangat berseakat untuk bersatu kali ini.
Alasan Budi untuk ikut menegerjai Rossa. Karena tahun lalu ayahnya di PHK alasan ke tahuan mengalih fungsikan PT dan mengalami kebangrutan. Maka untuk membalas dendamnya itu. Ia memilih untuk bersatu dengan Resti.
Pada saat awal Rossa pertama masuk sekolah. Rencana Budi dan Resti berjalan. Tapi... mereka akan berusaha untuk mencobanya jikalau ada kesempatan.
***
09.00 wib
Treeeeeng.....
Bel istirahat berbunyi dering.
Rencana Budi dan Resti untuk mengerjai Resti. Kali ini, awal yang tidak baik bagi mereka. Karna tindakan yang di lakukan mereka di ketahui sataf guru serta Roni, kekasih Resti.
 “Hei Budi. Coba kau lihat di meja nomor 7 sana! Di sana ada Rossa yang sedang duduk bersama Robi. Kayaknya mereka lagi asik tuh. Tak salahnya kita mencoba permainan pertama kita kan ?” ucap Resti dengan semangat
“Benar juga tu. Mari kita mulai permaikan kita.”
“Ayo... tunggu apa lagi!” tambah Budi.
Robi yang cupu, tak kuasa menahan tindakan yang di lakukan Budi bersama teman-temannya. Rossa yang semangkin di apit oleh geng Budi. Tampak di wajahnya timbul rasa cemas di raut wajahnya yang lembut itu.
“Hei kau anak baru. Awas kau tampil sok kecantikan lagi. Dan igat satu hal lagi buat kau! Jangan harap kau bisa mendekati Roni, cowokku. Karena dia sudah milikku seutuhnya. Sudah paham apa yang gue capkan barusan?” kata Resti dengan nada tinggi.
“Eleeee. Gaya kau lagi sok kecantikan! Bapak kau saja mantan pemulung di comberan. Sok orang kaya lagi gaya kau. Atau orang yang ada di seokolah belum tahu apa status kau saat ini. Apa perlu kukasih tahu pada mereka?”
Melihat kiri kanan, Resti melihat semua teman-teman lainnya sudah memperhatikan dirinya sejak dari tadi. Dengan menghilangkan rasa malu. Resti melihat ke arah meja Rossa. Dia melihat mie yang sudah mulai dingin. Dengan sekilas ia tuangkan mie itu ke tubuh Rossa. Rossa yang tak tinggal diam. Ia berdiri dan mejambut rambut Resti.
“Kurang ajar kau ya. Rasakan ini.”
Aaaak... teriak mereka berdua.
Robi yang berusa untuk membela teman barunya itu. Kini ia tak bisa berbuat apa. Karena ia sudah di tahan oleh Budi dan temannya.
Hiruk pikuk yang terjadi di kantin Buk Mey itu. Sataf guru dan Roni menghampiri mereka. Dan di bawa ke ruang majelis guru untuk di sidang sementara waktu. Roni yang merupakan teman dekat Roni kini ia tidak  membela Resti. Malahan ia lebih memilih Rossa. Gadis yang ia baru kenal tempo hari. Walau Roni sudah membela teman barunya itu. Tapi tetap saja Pak Firdaus m.pd mengeluarkan suarat peringatan
Inti dari suarat tersebut tak lain tak bukan untuk pemanggilan orang tua ke sekolah dan jikalau tidak ada orang tua masing-masing mereka tidak hadir maka mereka belum di benarkan masuk belajar.
Hasil sidang yang terasa memberatkan bagi Resti beserta Budi dan teman-temannya. Mereka sengaja untuk pulang lebih awal dan menghadang mereka di perempatan jalan.
Rosa yang berjalan bersama dengan Robi. Kini mereka di hadang orang yang tidak mereka kenalai sebelumnya dengan menggunakan motor recing. Tapi, komplotan gengmotor itu merupakan anggota Budi.
Robi yang sempat terkejut melihat aksi geng motor yang menelilingi mereka. Keadaan mereka semangkin memperparah keadaan. Tas Rossa yang baru di belikan ayahnya di Singgapura, baru saja sembat Anggota geng motor itu.
“Hei jangan lakukan hal itu pada gadis itu. Kalu berani turun kau dari motor dan hadang kukesini.”
“Banyak bacot kau rupanya. Rasakan ini.”
“Salah satu geng motor itu menghadang Robi dengan atraksi di atas motor sambil menendangnya secara salto.”
Wajah Rossa yang sebelumnya bewarna putih. Kini wajahnya itu sudah mulai merah padam.
Roni yang datang menggunakan motor ninjanya. Dengan keras ia hadang semua komplotan motor itu. Untuk tidak mengambil resiko. Roni segaja untuk mengambil alih keadaan. Dari kejahuan tampak oleh Roni polisi yang sedang melakukan patroli. Dengan cepat ia menghampiri polisi itu dan meminta pertolongan.
Pertolongan yang di minta Roni di terima dengan baik. Menerima laporan hal seperti itu. Polisi segera merengkut komplotan motor yang di bantu dengan sejumlah personil lainnya.
***
16.03 wib
Muka Robi yang babak belur. Dia mendapatkan perhatiahan dari Rossa. Perhatian ini lah yang di harapkan Robi sejak dahulu.
Dengan menggunakan kain lembab. Rossa secara perlahan-lahan membersihkan luka Robi. Robi beberapa kali mendesis untuk menahan rasa sakit dari lukannya itu. Roni yang berada di sampingnya mengetahui akal Robi yang penggen mendapatkan perhatian dari Rossa.
“Ssst.... pelan-pelan aja. Sakit nihhh.”
“Sakit ya Rob. Maafinku ya. Karena sudah bikin kamu babak belur seperti ini.”
“Udah ngak apa-apa. Toh sebentar lagi akan sembuh.” jawab robi dengan lembut.
“Ele gaya loe. Bilang aja mau di pegang dan di elus-elus Rossa kan.”
“Jangan betengkar begitu. Kalian kan sudah lama betemanan. Jangan sampai kalian berdua betengkar karena aku.”
Luka yang sudah bersih. Rossa memberikan sedikit cairan dan memberikan perban putih ke luka Robi. Sesekali Robi berdesis di saat ia mendapatkan cairan merah itu.
“Dah siap. Semoga lukamu cepat sembuh. Kita berdua pulang dulu. Ayo Ron kita pulang sekarang.” ucap rossa
“Selamat tinggal Robi. Cepat sembuh ya...” tambah rossa sambil melambaikan tangannya.
Senyum yang di tinggalkan Rossa. Rasanya Robi sudah merasa sembuh. Tapi, kegirangannya mendapatkan senyuman manis dan perhatian dari seorang Rossa. Ia sampai lupa kalu dirinya sedang terluka.
Aduh..Sssst..
“Sial. Bantal ini tidak bisa di ajak kerja sama rupanya.” kesalnya.
17.08
Komplotan geng motor Budi di tahan di malbes polri. Salah satu dari anggota geng motor itu kabur saat melakukan pengejaran. Dia Satria. Kasusnya bersama kepolisian tak ada tuntas-tuntasnya dan sering bikin masalah polisi.
Dua tahun lalu. Satria berhasil merampok toko emas. Tindak krimianal lainnya yang dia lakukan pencurian motornya. Tapi pada saat itu dia berhasil kabur. Namun hasil curiannya dapat di sita.
***
Malam sudah tiba. Rossa yang merupakan anak klongmerat. Dengan statusnya sebagai anak klongmerat, itu juga memberatkan bagi dirinya. Bahkan ia sering di tiggal oleh ayahnya untuk beberapa hari bersama bibiknya untuk miting di luar kota.
Sudah larut malam ia menunggu ayahnya dari luar kota. Janji dari ayahnya untuk datang malam ini. Rupanya pintu belum juga di ketuk. Sudah beberapa kali bibiknya untuk mengiatkannya untuk secepat tidur kekamar. Namun Ia tetap saja membantah bibiknya.
“Dah noooon. Malam sudah larut. Sebaiknya non secepatnya pindah ke kamarnya ya. Biar bibik saja yang membukakan pintu buat Bapaknya nanti.”
“Tidak Biik. Ros inggin menunggu ayah sampai ayah tiba.” katanya dengan hati sedih.
“Tapi, sampai kapan non. Nanti non sakit lagi, ujung-ujungnya bibik juga yang repot atuh neng.”
“Biar aja. Ayah tak sayang lagi sama ros. Ayah lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang ros. Memangnya ros ini tak tak anaknya apa?”
“Kasihan sekali non ini ya. Semoga tuan baik-baik saja disana.” ucap siti dalam hati.
***
07.00 wib
Alaram berdering keras. Bik siti yang sejak subuh bagun tidur dan mempersiapkan makanan pagi.
“Bik, nanti setelah Ros bangun. Bilang samanya bahwa di atas meja sudah di persiapkan uang untuknya selama satu bulan. Rencananya saya pergi ke luar negeri untuk pengembangan dan kerjasama dengan PT di singgapura.”
“Tapi Tuan, non Ros butuh perhatian dari Tuan. Sudah semalaman suntuk dia menunggu tuan sendirian.” kata siti sambil mengigatkan
“Ya tidak apa-apa. Nanti dia pasti bisa untuk mengerti tentang aku.”
Lima menit kemudian Bik Siti membangunkan Rossa. Namun Rosa tak mau bangun dari tidurnya yang nyeyak. Walau sudah banyak kali Bik Siti memanggil namanya. Tapi tetap saja Rossa tak mau bangun. Alasannya dia mendapatkan surat peringgatan dari sekolah.
Untuk menenagkan pikiran Rossa. Bik Siti bersedia menggatikan ayahnya yang sedang perjalanan untuk pergi ke luar negri. Atas ke sediaan Bik Siti. Rossa segera pergi ke kamar mandi.
Sudah setenggah jam Rossa merapikan pakaiannya. Rossa memanggil Bik Siti di runganh makan.
“Biiik, ayah mana?”
“Ia nooon. Ayahnya titip bahwa di atas meja sana ada sedikit uang untuk non selama satu bulan.”
“Kenapa sampai satu bulan. Memangnya ayah pergi ke luar negri lagi Bik. Kuharap itu takbenar.”
“Ia, benar sekali Non. Tuan pergi ke Singgapure. Kata Tuan untuk pengembangan produknya dan melakukan kerja sama. Kira-kira seperti itu Non..”
“O ya Bik. Apa Bibik tidak segera bersiap-siap? Ntar kita bisa telambat apa lagi pukul sudah mendekati jam masuk ni Bik.”
“Udah Non. Bibik seperti ini saja perginya.”
Dalam perjalanan ke sekolah menggunakan mobil sedan, hadiah ulang tahun dari ayahnya tahun kemaren. Rossa sedikit menagis. Ia mengigat-ngitat kebersamaannya bersama mamanya. Di saat mamanya yang masih hidup. Ayah sering kali meluangkan waktunya untuk libur bebera hari. Namun sekarang Rossa merasa kurang di perhatikan oleh ayah. Apa lagi ayahnya nginap di rumah Cuma semalam dan lepas itu pergi lagi.
Bibik Siti yang merupakan mama kedua baginya, Karena hari-hari dia selalu bersama-sama untuk mengisi waktu Rossa. Siti yang merupakan janda anak satu. Kini anaknya sudah pergi untuk selamanya. Dan sekaran Bik siti merasa sendirian.
Siti yang merasakan apa yang di alami Rossa. Ia berusaha untuk melegakan hati Nonnya itu.
Sudah lima belas menit. Mereka tiba di sekolah. Pintu gerbang yang tinggi menjulang tinggi, hampir saja belum di tutup oleh satpam Boy.
Turun dari mobil. Bik Siti menanyakan apa yang harus di bicaran nantinya. Bik Siti yang tampil seadanya itu, berjalan berdampingan dengan Rossa. Melihat hal itu Rossa di ejek oleh Resti. Bahkan di tetawain.
Rossa merasa hal itu tak penting untuk di ladani. Rossa yang tempo hari bermasalah. Ia segera memasuki ruang staf guru untuk menemui panggilannya.
Hari ini. Rossa tidak belajar efektif. Ia hanya mengikuti bidang studi selama 3 jam mata pelajaran.
Usai Rossa menemui Pak Firdarus m.pd. Ia ketemu dengan Roni. Ketemuan itu berada di kantin Buk Mey. Ketemuan itu penuh kemistiri.
Rossa yang sedang membawa membawa buku. Tak sengaja tetabrak oleh Roni. Mereka berdua sama-sama mengambil buku yang terjatuh itu. Di saat mereka mengambilnya. Tangan mereka bersentuhan dan tatapan mata dari Roni begitu tajam menyorot wajah Rossa yang putih manis itu.
Tatapan mereka yang begitu tajam. Tampak mengundang perhatian di sekitarnya. Tatapan itu berlangsung lama. Namun tatapan mereka itu di rusak oleh Resti yang tiba-tiba datang dari samping.
“Hei anak baru, enak ya. Berani sekali kau menggoda cowokku.”
“Mengambil cowok loe. Kalau ia kenapa. Merasa tesanggi. Apa kau belum kapok apa yang terjadi kemaren.”
Resti yang sakit hati melihat cowoknya Roni bersama musuh barunya. Ia segera mengangkat tangannya dan segera ia ayunkan ke muka Rossa.
“Dasarkau. Rasakan ini.”
Roni yang berada di samping Rossa. Begitu tak terima melihat tindakan Resti untuk ke dua kalinya. Roni menahan tamparan dari Resti untuk mencelakai Rossa.
“Lepaskan, kenapa kau bela dia. Padahal aku sendiri cewekmu. Aku sekarang mau mintak putus sama kamu.”
“Okey. Tidak masalah. Hari ini, jam ini, detik ini. Kita akan putus.” jawab roni dengan nada tinggi.
“Tidak-tidak, aku cuman pura-pura Ron. Maafin aku ya.” mohonya atas perkataannya.
“Ayo Ros kita ke ruang kelas.”
Roni yang selama ini tak tahan melihat ceweknya yang tak tahu ke statusannya serta sosok diri yang manja. Tak tahan Roni untuk menghadapi sosok Resti. Waktu dan momen yang tepat ia menuruti hati untuk segera memutuskan Resti.
Rossa yang sedang berjalan bersama menuju ruang kelas. Dengan sama-sama memberikan sinyal-sinyal salaing mencintai. Rossa yang sebelumnya tak seperti biasa. Ia merasa gugup dan bahkan mukanya sering merah jika ia bertatapan muka dengan Roni.
Dalam rungan kelas yang sedikit ramai. Roni mencoba untuk mengukapkan rasa cintanya ke pada Rossa. Ia tak mau Rossa di miliki laki-laki lain.
Hari sebelumnya ia sudah menyiapkan hal seperti ini. Dengan menyiapkan Puisi cinta kepada Rossa. Rossa menerimanya dengan malu. Dengan anggukan cinta. Roni memeluknya dengan rasa penuh hati.
Di depan pintu. Sosok Robi berdiri dengan sakit hati. Mereka yang awalnya beteman, sekarang rasa kebencian mulai tercipta dari Robi. Robi yang kesal. Dengan keras ia pukul pintu dan pergi ke WC.
Roni yang sudah bahagia karena cintanya di terima Rossa. Ia tak menghiraukan Robi yang memukul pintu sambil sakit hati.
***
Sebukan kemudian ||15.05 wib
Di beritakan dari saluran telivisi swasta. Bahwa pesawat dari Singgapura menuju Padang mengalami hilang kontak.
Rossa dan Bik Siti sama-sama menonton telivisi. Mereka melihat di daftar nama korban. Urutan ke 59 dari 145 penumpang. Tampak oleh Rossa nama ayahnya. Walau pun ia melihat nama ayahnya. Ia belum meyakini kalau itu bukan ayahnya.
Untuk memastikan hal itu. Rossa mencoba menghubungi ayahnya. Namun telepone itu dalam ke adaan tidak aktif. Nomor telepone yang berulang kali ia mencobanaya. Namun tak ada di anggkat satu kali pun.
Bik Siti yang selama ini menjaganya. Mencoba menggoba hati anak majikannya itu.
“Non bagaimana kita pergi kepadang sekarang. Agar tidak ada simpang siur. Belum tentu itu benar.”
“Iya Bik. ros harap itu bukan ayah.”
Sesampai mereka di padang. Hal yang mereka tak inginkan. Itu benar-benar terjadi. Selama dua minggu mereka menggu. Akhirnya jasat ayahnya di temukan mengapung di atas lautan. Ayahnya yang merupakan korban ke 38 yang di temukan dan sudah di identifikasi pihak kepolisian.
Dua hari setelah di temukan. Ayahnya di makamkan di pemakaman umum.
Beberapa dari teman dan semua staf guru ikut belang sekawa dan memberikan simpati kepada Rossa. Resti dan Budi yang sebelumnya memusuhi Rossa. Namun musibah yang di alami Rossa. Mereka tak kuasa mehan tangis dan juga saling memberikan maafan.
Kebencian yang dahulunya mengembang, namun di saat netar kesedihan angkat bicara. Maka kebencian itu akan terbang ke bungga kasmaran. Itu lah saat ini yang di alami mereka bertiga.
13. 00 wib
Jasad Julian bin Suherman yang merupakan ayah Rossa. Berhasil di makamkan dengan sempurna. Bungga ramapi yang di tebarkan di atas pemekam. Rasa tangis dari Rossa tak tahan lagi ia untuk menahannya. Ia usap dan ia peluk papan nama ayahnya
“Udah Non. Kita pulang dulu. Tak kan mukin Tuang akan kembali lagi.”
“Ia Ros. Sebaiknya kamu pulang terlebih dahulu. Dengarlah apa yang Bibikmu katakan.” kata resti
“Tidak. Kumau masih di sini. Biarkan saja aku sendirian. Pulanglah kalian semuanya telebih dahulu. Kuingin masih berada bersama Ayah.”
Malam pengajian. Rossa tetap saja menagis. Walu pun semua temannya sudah memberi semangat. Ia tetap meratapi ayahnya yang sedang berbaring di liang lahat.
“Bik, bik tidak akan meninggalkanku kan. Kuingin tinggal besamaku untuk selamanya.”
Bik siti yang sudah tidak tidak ada lagi siapa-siapa di kampung. Dengan senag hati ia terima tawaran rossa.
“Ia non. Bibik mau mnejaga dan merawat Non untuk selamanya.”
“Sekarang bibik kupanggil mama. Tapi bibik panggil saja aku Ros.”
“Iya mama tahu itu. Sekarang kamu jagan menagis lagi ya.”
air mata yang melinang di sudut mata Rossa. Siti usap dengan tisu. Hidup yang baru meraka jalankan baik keadaan susah mau pun kebahagian di alami. Mereka jalani dengan bersama dan di tuntaskan dengan bersama.(*)
Selesai







Share this article :

1 komentar:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. YSF_SMANSAKA.NET - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger