Cintaku Datang Ayaku PErgi
mhd. yusuf || SMA N 1 Kec.
AKABILURU
T
|
iga tahun lalu. Gadis itu
datang kesekolah SMA swasta di payakumbuh. Kedatangannya ke sekolah swasta itu
untuk menjadi anak murid baru. Dengan status siswa pindahan. Ia sering di jaili
teman selokalnya.
Gadis itu
sangat anggun. Kulinya yang putih. Postur tubuhnya yang tinggi. Bibirnya merah
tipis dan tailalat yang ada di atas bibirnya sering kali cowok yang ada di sma
itu terpesona melihatnya. Dia adalah Rossa. Anak dari seorang directure utama pabrik rokok.
Setiap ia
berjalan di tras sekolah. Ia sering kali mengibarkan rambutnya yang hitam lurus.
Terutama di hadapan cowok mata keranjang. Maka dari sebab itulah wanita lain
merasa iri dan merasa tersaingi. Terutama wanita yang merasa cantik dari gadis
itu.
Dia
merupakan Resti. Wanita yang sudah dahulu dan sudah lama bejar di sekolah SMA sawasta itu. Dia juga yang
pertama kali merasa tersaingi. Sebab cowoknya Roni sudah kurang memperhatikan
sosok dirinya.
Namun tak
semua laki-laki terpesona melihatnya. Dia Budi, ketua geng basketball . Tubuhnya yang
six-pack bikin wanita menggila di luar lapangan di buatnya. Terutama ketika
ia melakukan pertandingan basketball. Dengan mrnggunakan trik yang keren di saat ia
memainkan bola terhadap lawan mainya. Jarang sekali orang mampu untuk
menghadangnya. Dengan kejeliannya itulah sebagai faktor utama dari wanita
menggila dari luar lapangan.
Dengan
status sama-sama tidak suka melihat gaya Rossa. Akhirnya Budi dan Resti
bersepakat untuk mengerjai Rossa. Walau tahun sebelumnya mereka bermusuhan.
Tapi mereka sangat berseakat untuk bersatu kali ini.
Alasan Budi
untuk ikut menegerjai Rossa. Karena tahun lalu ayahnya di PHK alasan ke tahuan
mengalih fungsikan PT dan mengalami kebangrutan. Maka untuk membalas dendamnya
itu. Ia memilih untuk bersatu dengan Resti.
Pada saat awal
Rossa pertama masuk sekolah. Rencana Budi dan Resti berjalan. Tapi... mereka
akan berusaha untuk mencobanya jikalau ada kesempatan.
***
09.00 wib
Treeeeeng.....
Bel istirahat
berbunyi dering.
Rencana
Budi dan Resti untuk mengerjai Resti. Kali ini, awal yang tidak baik bagi
mereka. Karna tindakan yang di lakukan mereka di ketahui sataf guru serta Roni,
kekasih Resti.
“Hei Budi. Coba kau lihat di meja nomor 7
sana! Di sana ada Rossa yang sedang duduk bersama Robi. Kayaknya mereka lagi
asik tuh. Tak salahnya kita mencoba permainan pertama kita kan ?” ucap Resti
dengan semangat
“Benar juga
tu. Mari kita mulai permaikan kita.”
“Ayo...
tunggu apa lagi!” tambah Budi.
Robi yang
cupu, tak kuasa menahan tindakan yang di lakukan Budi bersama teman-temannya.
Rossa yang semangkin di apit oleh geng Budi. Tampak di wajahnya timbul rasa
cemas di raut wajahnya yang lembut itu.
“Hei kau
anak baru. Awas kau tampil sok kecantikan lagi. Dan igat satu hal lagi buat
kau! Jangan harap kau bisa mendekati Roni, cowokku. Karena dia sudah milikku
seutuhnya. Sudah paham apa yang gue capkan barusan?” kata Resti dengan nada
tinggi.
“Eleeee.
Gaya kau lagi sok kecantikan! Bapak kau saja mantan pemulung di comberan. Sok
orang kaya lagi gaya kau. Atau orang yang ada di seokolah belum tahu apa status
kau saat ini. Apa perlu kukasih tahu pada mereka?”
Melihat
kiri kanan, Resti melihat semua teman-teman lainnya sudah memperhatikan dirinya
sejak dari tadi. Dengan menghilangkan rasa malu. Resti melihat ke arah meja
Rossa. Dia melihat mie yang sudah mulai dingin. Dengan sekilas ia tuangkan mie
itu ke tubuh Rossa. Rossa yang tak tinggal diam. Ia berdiri dan mejambut rambut
Resti.
“Kurang
ajar kau ya. Rasakan ini.”
Aaaak... teriak
mereka berdua.
Robi yang
berusa untuk membela teman barunya itu. Kini ia tak bisa berbuat apa. Karena ia
sudah di tahan oleh Budi dan temannya.
Hiruk pikuk
yang terjadi di kantin Buk Mey itu. Sataf guru dan Roni menghampiri mereka. Dan
di bawa ke ruang majelis guru untuk di sidang sementara waktu. Roni yang
merupakan teman dekat Roni kini ia tidak
membela Resti. Malahan ia lebih memilih Rossa. Gadis yang ia baru kenal
tempo hari. Walau Roni sudah membela teman barunya itu. Tapi tetap saja Pak
Firdaus m.pd mengeluarkan suarat peringatan
Inti dari
suarat tersebut tak lain tak bukan untuk pemanggilan orang tua ke sekolah dan
jikalau tidak ada orang tua masing-masing mereka tidak hadir maka mereka belum
di benarkan masuk belajar.
Hasil
sidang yang terasa memberatkan bagi Resti beserta Budi dan teman-temannya.
Mereka sengaja untuk pulang lebih awal dan menghadang mereka di perempatan
jalan.
Rosa yang
berjalan bersama dengan Robi. Kini mereka di hadang orang yang tidak mereka
kenalai sebelumnya dengan menggunakan motor recing.
Tapi, komplotan gengmotor itu merupakan anggota Budi.
Robi yang
sempat terkejut melihat aksi geng motor yang menelilingi mereka. Keadaan mereka
semangkin memperparah keadaan. Tas Rossa yang baru di belikan ayahnya di
Singgapura, baru saja sembat Anggota geng motor itu.
“Hei jangan
lakukan hal itu pada gadis itu. Kalu berani turun kau dari motor dan hadang
kukesini.”
“Banyak
bacot kau rupanya. Rasakan ini.”
“Salah satu
geng motor itu menghadang Robi dengan atraksi di atas motor sambil menendangnya
secara salto.”
Wajah Rossa
yang sebelumnya bewarna putih. Kini wajahnya itu sudah mulai merah padam.
Roni yang
datang menggunakan motor ninjanya. Dengan keras ia hadang semua komplotan motor
itu. Untuk tidak mengambil resiko. Roni segaja untuk mengambil alih keadaan.
Dari kejahuan tampak oleh Roni polisi yang sedang melakukan patroli. Dengan
cepat ia menghampiri polisi itu dan meminta pertolongan.
Pertolongan
yang di minta Roni di terima dengan baik. Menerima laporan hal seperti itu.
Polisi segera merengkut komplotan motor yang di bantu dengan sejumlah personil
lainnya.
***
16.03 wib
Muka Robi
yang babak belur. Dia mendapatkan perhatiahan dari Rossa. Perhatian ini lah
yang di harapkan Robi sejak dahulu.
Dengan
menggunakan kain lembab. Rossa secara perlahan-lahan membersihkan luka Robi. Robi
beberapa kali mendesis untuk menahan rasa sakit dari lukannya itu. Roni yang
berada di sampingnya mengetahui akal Robi yang penggen mendapatkan perhatian
dari Rossa.
“Ssst....
pelan-pelan aja. Sakit nihhh.”
“Sakit ya
Rob. Maafinku ya. Karena sudah bikin kamu babak belur seperti ini.”
“Udah ngak
apa-apa. Toh sebentar lagi akan sembuh.” jawab robi dengan lembut.
“Ele gaya
loe. Bilang aja mau di pegang dan di elus-elus Rossa kan.”
“Jangan
betengkar begitu. Kalian kan sudah lama betemanan. Jangan sampai kalian berdua
betengkar karena aku.”
Luka yang
sudah bersih. Rossa memberikan sedikit cairan dan memberikan perban putih ke
luka Robi. Sesekali Robi berdesis di saat ia mendapatkan cairan merah itu.
“Dah siap.
Semoga lukamu cepat sembuh. Kita berdua pulang dulu. Ayo Ron kita pulang
sekarang.” ucap rossa
“Selamat
tinggal Robi. Cepat sembuh ya...” tambah rossa sambil melambaikan tangannya.
Senyum yang
di tinggalkan Rossa. Rasanya Robi sudah merasa sembuh. Tapi, kegirangannya
mendapatkan senyuman manis dan perhatian dari seorang Rossa. Ia sampai lupa
kalu dirinya sedang terluka.
Aduh..Sssst..
“Sial.
Bantal ini tidak bisa di ajak kerja sama rupanya.” kesalnya.
17.08
Komplotan
geng motor Budi di tahan di malbes polri. Salah satu dari anggota geng motor
itu kabur saat melakukan pengejaran. Dia Satria. Kasusnya bersama kepolisian
tak ada tuntas-tuntasnya dan sering bikin masalah polisi.
Dua tahun
lalu. Satria berhasil merampok toko emas. Tindak krimianal lainnya yang dia
lakukan pencurian motornya. Tapi pada saat itu dia berhasil kabur. Namun hasil
curiannya dapat di sita.
***
Malam sudah
tiba. Rossa yang merupakan anak klongmerat. Dengan statusnya sebagai anak
klongmerat, itu juga memberatkan bagi dirinya. Bahkan ia sering di tiggal oleh
ayahnya untuk beberapa hari bersama bibiknya untuk miting di luar kota.
Sudah larut
malam ia menunggu ayahnya dari luar kota. Janji dari ayahnya untuk datang malam
ini. Rupanya pintu belum juga di ketuk. Sudah beberapa kali bibiknya untuk
mengiatkannya untuk secepat tidur kekamar. Namun Ia tetap saja membantah
bibiknya.
“Dah
noooon. Malam sudah larut. Sebaiknya non secepatnya pindah ke kamarnya ya. Biar
bibik saja yang membukakan pintu buat Bapaknya nanti.”
“Tidak
Biik. Ros inggin menunggu ayah sampai ayah tiba.” katanya dengan hati sedih.
“Tapi,
sampai kapan non. Nanti non sakit lagi, ujung-ujungnya bibik juga yang repot
atuh neng.”
“Biar aja.
Ayah tak sayang lagi sama ros. Ayah lebih mementingkan dirinya sendiri
ketimbang ros. Memangnya ros ini tak tak anaknya apa?”
“Kasihan
sekali non ini ya. Semoga tuan baik-baik saja disana.” ucap siti dalam hati.
***
07.00 wib
Alaram
berdering keras. Bik siti yang sejak subuh bagun tidur dan mempersiapkan
makanan pagi.
“Bik, nanti
setelah Ros bangun. Bilang samanya bahwa di atas meja sudah di persiapkan uang
untuknya selama satu bulan. Rencananya saya pergi ke luar negeri untuk
pengembangan dan kerjasama dengan PT di singgapura.”
“Tapi Tuan,
non Ros butuh perhatian dari Tuan. Sudah semalaman suntuk dia menunggu tuan
sendirian.” kata siti sambil mengigatkan
“Ya tidak
apa-apa. Nanti dia pasti bisa untuk mengerti tentang aku.”
Lima menit
kemudian Bik Siti membangunkan Rossa. Namun Rosa tak mau bangun dari tidurnya
yang nyeyak. Walau sudah banyak kali Bik Siti memanggil namanya. Tapi tetap
saja Rossa tak mau bangun. Alasannya dia mendapatkan surat peringgatan dari
sekolah.
Untuk
menenagkan pikiran Rossa. Bik Siti bersedia menggatikan ayahnya yang sedang perjalanan
untuk pergi ke luar negri. Atas ke sediaan Bik Siti. Rossa segera pergi ke
kamar mandi.
Sudah
setenggah jam Rossa merapikan pakaiannya. Rossa memanggil Bik Siti di runganh
makan.
“Biiik,
ayah mana?”
“Ia nooon.
Ayahnya titip bahwa di atas meja sana ada sedikit uang untuk non selama satu
bulan.”
“Kenapa
sampai satu bulan. Memangnya ayah pergi ke luar negri lagi Bik. Kuharap itu
takbenar.”
“Ia, benar
sekali Non. Tuan pergi ke Singgapure. Kata Tuan untuk pengembangan produknya
dan melakukan kerja sama. Kira-kira seperti itu Non..”
“O ya Bik.
Apa Bibik tidak segera bersiap-siap? Ntar kita bisa telambat apa lagi pukul
sudah mendekati jam masuk ni Bik.”
“Udah Non.
Bibik seperti ini saja perginya.”
Dalam
perjalanan ke sekolah menggunakan mobil sedan, hadiah ulang tahun dari ayahnya
tahun kemaren. Rossa sedikit menagis. Ia mengigat-ngitat kebersamaannya bersama
mamanya. Di saat mamanya yang masih hidup. Ayah sering kali meluangkan waktunya
untuk libur bebera hari. Namun sekarang Rossa merasa kurang di perhatikan oleh
ayah. Apa lagi ayahnya nginap di rumah Cuma semalam dan lepas itu pergi lagi.
Bibik Siti
yang merupakan mama kedua baginya, Karena hari-hari dia selalu bersama-sama
untuk mengisi waktu Rossa. Siti yang merupakan janda anak satu. Kini anaknya
sudah pergi untuk selamanya. Dan sekaran Bik siti merasa sendirian.
Siti yang
merasakan apa yang di alami Rossa. Ia berusaha untuk melegakan hati Nonnya itu.
Sudah lima
belas menit. Mereka tiba di sekolah. Pintu gerbang yang tinggi menjulang
tinggi, hampir saja belum di tutup oleh satpam Boy.
Turun dari
mobil. Bik Siti menanyakan apa yang harus di bicaran nantinya. Bik Siti yang
tampil seadanya itu, berjalan berdampingan dengan Rossa. Melihat hal itu Rossa
di ejek oleh Resti. Bahkan di tetawain.
Rossa
merasa hal itu tak penting untuk di ladani. Rossa yang tempo hari bermasalah.
Ia segera memasuki ruang staf guru untuk menemui panggilannya.
Hari ini.
Rossa tidak belajar efektif. Ia hanya mengikuti bidang studi selama 3 jam mata
pelajaran.
Usai Rossa
menemui Pak Firdarus m.pd. Ia ketemu dengan Roni. Ketemuan itu berada di kantin
Buk Mey. Ketemuan itu penuh kemistiri.
Rossa yang
sedang membawa membawa buku. Tak sengaja tetabrak oleh Roni. Mereka berdua
sama-sama mengambil buku yang terjatuh itu. Di saat mereka mengambilnya. Tangan
mereka bersentuhan dan tatapan mata dari Roni begitu tajam menyorot wajah Rossa
yang putih manis itu.
Tatapan
mereka yang begitu tajam. Tampak mengundang perhatian di sekitarnya. Tatapan
itu berlangsung lama. Namun tatapan mereka itu di rusak oleh Resti yang
tiba-tiba datang dari samping.
“Hei anak
baru, enak ya. Berani sekali kau menggoda cowokku.”
“Mengambil
cowok loe. Kalau ia kenapa. Merasa
tesanggi. Apa kau belum kapok apa yang terjadi kemaren.”
Resti yang
sakit hati melihat cowoknya Roni bersama musuh barunya. Ia segera mengangkat
tangannya dan segera ia ayunkan ke muka Rossa.
“Dasarkau.
Rasakan ini.”
Roni yang
berada di samping Rossa. Begitu tak terima melihat tindakan Resti untuk ke dua
kalinya. Roni menahan tamparan dari Resti untuk mencelakai Rossa.
“Lepaskan,
kenapa kau bela dia. Padahal aku sendiri cewekmu. Aku sekarang mau mintak putus
sama kamu.”
“Okey.
Tidak masalah. Hari ini, jam ini, detik ini. Kita akan putus.” jawab roni
dengan nada tinggi.
“Tidak-tidak,
aku cuman pura-pura Ron. Maafin aku ya.” mohonya atas perkataannya.
“Ayo Ros
kita ke ruang kelas.”
Roni yang
selama ini tak tahan melihat ceweknya yang tak tahu ke statusannya serta sosok
diri yang manja. Tak tahan Roni untuk menghadapi sosok Resti. Waktu dan momen
yang tepat ia menuruti hati untuk segera memutuskan Resti.
Rossa yang
sedang berjalan bersama menuju ruang kelas. Dengan sama-sama memberikan
sinyal-sinyal salaing mencintai. Rossa yang sebelumnya tak seperti biasa. Ia
merasa gugup dan bahkan mukanya sering merah jika ia bertatapan muka dengan
Roni.
Dalam
rungan kelas yang sedikit ramai. Roni mencoba untuk mengukapkan rasa cintanya
ke pada Rossa. Ia tak mau Rossa di miliki laki-laki lain.
Hari
sebelumnya ia sudah menyiapkan hal seperti ini. Dengan menyiapkan Puisi cinta
kepada Rossa. Rossa menerimanya dengan malu. Dengan anggukan cinta. Roni
memeluknya dengan rasa penuh hati.
Di depan
pintu. Sosok Robi berdiri dengan sakit hati. Mereka yang awalnya beteman,
sekarang rasa kebencian mulai tercipta dari Robi. Robi yang kesal. Dengan keras
ia pukul pintu dan pergi ke WC.
Roni yang
sudah bahagia karena cintanya di terima Rossa. Ia tak menghiraukan Robi yang
memukul pintu sambil sakit hati.
***
Sebukan kemudian ||15.05 wib
Di
beritakan dari saluran telivisi swasta. Bahwa pesawat dari Singgapura menuju
Padang mengalami hilang kontak.
Rossa dan
Bik Siti sama-sama menonton telivisi. Mereka melihat di daftar nama korban.
Urutan ke 59 dari 145 penumpang. Tampak oleh Rossa nama ayahnya. Walau pun ia
melihat nama ayahnya. Ia belum meyakini kalau itu bukan ayahnya.
Untuk
memastikan hal itu. Rossa mencoba menghubungi ayahnya. Namun telepone itu dalam
ke adaan tidak aktif. Nomor telepone yang berulang kali ia mencobanaya. Namun
tak ada di anggkat satu kali pun.
Bik Siti
yang selama ini menjaganya. Mencoba menggoba hati anak majikannya itu.
“Non
bagaimana kita pergi kepadang sekarang. Agar tidak ada simpang siur. Belum
tentu itu benar.”
“Iya Bik.
ros harap itu bukan ayah.”
Sesampai
mereka di padang. Hal yang mereka tak inginkan. Itu benar-benar terjadi. Selama
dua minggu mereka menggu. Akhirnya jasat ayahnya di temukan mengapung di atas
lautan. Ayahnya yang merupakan korban ke 38 yang di temukan dan sudah di
identifikasi pihak kepolisian.
Dua hari
setelah di temukan. Ayahnya di makamkan di pemakaman umum.
Beberapa
dari teman dan semua staf guru ikut belang sekawa dan memberikan simpati kepada
Rossa. Resti dan Budi yang sebelumnya memusuhi Rossa. Namun musibah yang di
alami Rossa. Mereka tak kuasa mehan tangis dan juga saling memberikan maafan.
Kebencian
yang dahulunya mengembang, namun di saat netar kesedihan angkat bicara. Maka
kebencian itu akan terbang ke bungga kasmaran. Itu lah saat ini yang di alami
mereka bertiga.
13. 00 wib
Jasad
Julian bin Suherman yang merupakan ayah Rossa. Berhasil di makamkan dengan
sempurna. Bungga ramapi yang di tebarkan di atas pemekam. Rasa tangis dari
Rossa tak tahan lagi ia untuk menahannya. Ia usap dan ia peluk papan nama
ayahnya
“Udah Non.
Kita pulang dulu. Tak kan mukin Tuang akan kembali lagi.”
“Ia Ros.
Sebaiknya kamu pulang terlebih dahulu. Dengarlah apa yang Bibikmu katakan.”
kata resti
“Tidak.
Kumau masih di sini. Biarkan saja aku sendirian. Pulanglah kalian semuanya
telebih dahulu. Kuingin masih berada bersama Ayah.”
Malam
pengajian. Rossa tetap saja menagis. Walu pun semua temannya sudah memberi
semangat. Ia tetap meratapi ayahnya yang sedang berbaring di liang lahat.
“Bik, bik
tidak akan meninggalkanku kan. Kuingin tinggal besamaku untuk selamanya.”
Bik siti
yang sudah tidak tidak ada lagi siapa-siapa di kampung. Dengan senag hati ia
terima tawaran rossa.
“Ia non.
Bibik mau mnejaga dan merawat Non untuk selamanya.”
“Sekarang
bibik kupanggil mama. Tapi bibik panggil saja aku Ros.”
“Iya mama
tahu itu. Sekarang kamu jagan menagis lagi ya.”
air mata
yang melinang di sudut mata Rossa. Siti usap dengan tisu. Hidup yang baru
meraka jalankan baik keadaan susah mau pun kebahagian di alami. Mereka jalani
dengan bersama dan di tuntaskan dengan bersama.(*)
Selesai
q tunggu komentar anda
BalasHapus